Untuk Bapak Joko Widodo.
Kepada YTh Bapak Ir. H. Joko Widodo,
Perkenalkan, Saya Firhan seorang anak desa, rakyat biasa yang sedang menuntut ilmu disebuah pondok modern tiga jam dari kampung halaman Bapak. Dulu, Saya adalah pengagum Bapak, walaupun di saat Bapak sedang naik daun, sukses menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta Saya sedang dipondok dengan akses informasi yang terbatas, tapi koran Republika yang dipajang dietalase sering memberitakan aksi unik Bapak yang menjadi perbincangan dikalangan Santri dan membuat Santri asal Jakarta dan Solo bangga dengan daerahnya. Ada juga mading IKPM dibelakang Masjid Jami' yang paling sering dibaca para Santri selalu menyisipkan berita tentang Bapak disetiap kali terbit, terutama kabar tentang terpilihnya Bapak menjadi Wali Kota terbaik ke-3 didunia, menjadi hot isu dikalangan Santri berhari-hari lamanya. Tidak ketinggalan Asatidz yang menginformasikan sepak terjang Bapak disela-sela jam belajar dan Saya yakin hampir semua Santri saat itu adalah pengagum Bapak dan bangga kepada Bapak Jokowi yang penampilannya sederhana. Ketika Bapak menjadi Gubernur Jakarta dan berpasangan dengan Bapak Basuki Cahya Purnama yang pintar ngomong itu, popularitas Bapak semakin meroket, progam 100 hari Bapak menjadi sorotan media, bahkan diliburan awal tahun kemarin Saya dapati aktivitas Bapak dan pernyataan-pernyataan nyleneh Wakil Bapak menjadi yang paling populer di Youtube. Itu semua membuat kekaguman Saya semakin bertambah kepada Bapak. Mungkin bukan cuma Saya, tapi demam Jokowi juga melanda diseluruh pondok.
Saat pemilihan calon legislatif, hampir semua Santri sepertinya memilih salah satu partai nasionalis Islam yang lima itu, ketika perolehan suara total partai itu mencukupi untuk berkoalisi dan mengusung Calon Presiden sendiri, kami semua berharap. Akan tetapi PKB dengan cepat mendukung Bapak yang tiba-tiba dicalonkan Ibu Mega menjadi Capres dari PDI-P. Tak disangka, Ibu Mega sang petinggi partai itu dengan rela menyerahkan kesempatan untuk nyapres kepada Bapak yang termasuk orang baru kemarin sore yang mengurus Jakarta saja belum beres. Apalagi Bapak memberi kesempatan untuk Bapak Ahok yang bukan Muslim itu menjadi Gubernur DKI setelah sebelumnya Bapak menjadikan Solo dipimpin oleh orang yang bukan Muslim juga setelah Bapak ke Jakarta. Memang mereka berkepemimpinan baik dan menjalankan tugas sesuai peraturan UU, tapi mereka tetap berbeda aqidah dengan mayoritas rakyatnya. Orang nikah beda agama saja walaupun atas dasar cinta bisa berantakan. Ini lah awal dari kalangan Santri yang religius di pondok kami mulai memudar kekagumannya kepada Bapak dan beralih mengagumi saudara se partai Bapak, yaitu Ibu Tri Rismaharini yang tidak hanya berhasil memimpin Surabaya tapi membawa identitas Muslimahnya, Bapak juga tahu dengan gentar beliau berjuang menutup Gang Dolly walaupun ditentang partainya sendiri. Popularitas Bapak memudar seiring ketika Bapak mencalonkan diri menjadi Presiden di kalangan masyarakat religius.
Di libur akhir tahun ini, Saya jumpai masyarakat banyak yang mendukung Bapak, obrolan mereka yang di angkot, jalan dan pasar Saya dengar banyak yang memuji Bapak yang tampil merakyat dan dekat dengan wong cilik serta tampang 'ndeso' Bapak yang menjual. Benar apa kata Bapak, lebih baik mendekati kalangan jelata daripada kalangan elit, karena suaranya sama dan jumlahnya banyak dari kalangan jelata. Saya akui Bapak sudah berhasil menggalang dukungan masyarakat bawah. Tapi inilah demokrasi, yang banyak pasti menang dan yang banyak belum tentu benar. Saya lihat, memudarnya kekaguman kalangan religius bukan dari pondok kami saja, semua situs berita Islam online beramai-ramai memberitakan kebusukan Bapak dan para pendukung Bapak, bahkan para Ulama dari gabungan organisasi Islam memfatwakan haram memilih Bapak. Ada apa ini? Saya sebagai orang awam berpendidikan yang Muslim tidak ingin asal perut kenyang dan hidup bahagia tetapi exsistensi agama Saya terancam dinegri sendiri setelah Bapak terpilih. Apalagi para kaum Kristen, Katholik, Liberal dan LGBT beramai-ramai mendukung Bapak, pastinya mereka ada kepentingan dengan Bapak. Sayangnya, masyarakat jelata pendukung Bapak yang melimpah itu tidak berpikir sejauh ini.
Maaf pak, walaupun Saya cinta Indonesia tapi Saya lebih cinta dengan agama Saya. Atas dasar itu Saya menjadi orang satu-satunya dikeluarga Saya yang mendukung lawan Bapak.
Bapak Presiden Quick Count yang Terhormat,
Jika besok Bapak resmi menjadi Presiden hasil rekapitulasi suara KPU, Saya harap Bapak bisa menyangkal tuduhan kami semua dengan aksi yang nyata. Demi keutuhan Bangsa, Saya akan mendukung Presiden yang terpilih nanti. Semoga Bapak juga memerhatikan faktor-faktor agama Saya yang juga agama Bapak dalam mengambil kebijakan, jadikanlah masa kepemimpinan Bapak menjadi waktu mustajab untuk berdoa dan mencari pahala sebanyak mungkin. Ingat, masih ada Allah yang lebih berkuasa dan bukan tidak karena Allah Bapak jadi Presiden.
Salam,
Kebumen, 21 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar